Headlines

Kitab

Khasanah

Kejawen

Latest Updates

Putri Campa Sang Permaisuri Brawijaya V

November 01, 2024


Ratna Suwari Cempo merupakan tokoh yang dipercaya masyarakat Gresik sebagai putri yang berasal dari Negeri Campa (Vietnam) yang oleh sebagian orang menganggap sang Putri sebagai istri dari Sunan Giri. Karena kagum serta terpesona akan watak dan keluhuran budi pekerti Sunan Giri, maka Putri Cempo menikah dengan Sunan Giri. Akan tetapi bagi sebagian masyarakat memiliki cerita yang berbeda, yaitu Putri Cempo hanya menaruh hati kepada Sunan Giri namun Sunan Giri sendiri tidak menanggapi beliau. Putri Cempo merupakan seorang saudagar yang berasal dari Campa atau Vietnam.[1] Putri Cempo mengikuti jejak perjuangan Sunan Giri dalam memperjuangkan Islam di pulau Jawa khususnya Gresik. Putri Campa yang disebut Putri Cempo oleh masyarakat Gresik.

Dalam sebuah jurnal disebutkan bahwa Putri Cempo memiliki nama lain yaitu Dewi retno Suwari.[2] Namun tidak dapat dipastikan secara pasti karena tidak terdapat catatan sejarah yang tertulis mengenai Putri Cempo secara rinci. Bahkan tidak ada jurnal maupun website yang menceritakan kisah Putri Cempo secara jelas dan lengkap, informasi yang disajikan hanya sebatas info umum saja. Dan terdapat dua tokoh atau lebih yang memiliki nama yang sama di dua tempat berbeda, namun tidak diketahui apakah Putri Cempo yang sama dengan di Gresik ataukah berbeda.

Putri Cempo dimakamkan secara Islam di perbukitan yang ditumbuhi pohon-pohon rindang. Makam Putri Cempo terletak di Gunungsari kelurahan Sidomoro, Kecamatan Kebomas-Gresik, sekitar kurang lebih 2 km ke arah timur dari kompleks makam Sunan Giri. Sampai saat ini makam Putri Cempo masih dirawat oleh Pemerintah Daerah karena termasuk dalam situs sejarah. Selain makam Putri Cempo, juga terdapat tinggalan arkeologis lain di lokasi yang sama.[3]


Cerita Rakyat

Cerita mengenai Putri Cempo ini tidak hanya diyakini oleh masyarakat Gresik, akan tetapi juga kota lain seperti Mojokerto, Demak dan Rembang juga memiliki tokoh yang diyakini masyarakatnya sebagai Putri Cempo. Sehingga cerita mengenai Putri Cempo ini memiliki berbagai cerita berbeda pada masing-masing kota.


Mojokerto

Dalam Babad Tanah Jawa, Putri Cempo adalah istri dari Prabu Brawijaya V dari Majapahit. Pada suatu malam, Prabu Brawijaya bermimpi memiliki istri dari negeri Campa.[4] Selain di Gresik situs Putri Cempo sendiri juga terdapat di Mojokerto tepatnya di Trowulan, dimana di sana terdapat banyak situ-situs Majapahit.[5] Makam sang putri berada di dusun Unggah-unggahan, lokasinya sekitar 100 meter di utara timur kolam Segaran. Makam Putri Cempo adalah nama yang diberikan pada cerita rakyat terhadap objek yang bernilai kepurbakalaan pada nisan yang bertuliskan tahun 1730 saka (1440 M)[6]

Cempo merupakan bibi dari Sunan Ampel dan ibu dari Raden Fatah Sultan Demak pertama. Makamnya yang terdapat di Mojokerto terletak di Dusun Unggahan, Desa/Kecamatan Trowulan Mojokerto. Pada pelataran makam terdapat dua makam yang berada paling atas, yaitu makam Putri Cempo dan Prabu Brawijaya V alias Damar Wulan. Putri Cempo adalah pemeluk agama Islam yang diyakini mampu mengajak Prabu Brawijaya V untuk memeluk agama Islam setelah menikahinya.[7][8] Maka dari situlah cikal bakal islam masuk ke Majapahit, dan diperkirakan sekitar 1476-1478 Masehi para imigran muslim itu diperkirakan masuk ke Majapahit.[9]


Demak

Masyarakat Demak mempercayai jika makam Putri Cempo terletak di Dukuh Cempan, Desa Bonangrejo, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak. Demak muncul pada pertengahan akhir abad ke-15 Masehi, yang berdiri kira-kira pada tahun 1478. Hal itu didasarkan pada saat jatuhnya Majapahit yang diperintah oleh Prabu Kertabumi ( Brawijaya V).[10] Pantai Moro Demak diyakini merupakan tempat berlabuhnya kapal yang mengangkut rombongan Putri Cempo. Bukti empirisnya sendiri adalah soal nama Dukuh Cempan yang diyakini berasal dari kata ‘Campa’ atau ‘Cempo’. Hal tersebut berdasarkan kebiasaan penamaan sebuah tempat atau wilayah yang berdasarkan pada suatu kejadiaan atau peristiwa yang terkait dengan perjalanan atau akhir hayat seorang tokoh terkenal di masa itu. Raja Campa ketika itu berkeinginan untuk menjadi sahabat dari Raden Patah, sehingga mengirim putrinya yaitu Putri Campa yang oleh para sejarawan dikenal dengan nama Darawati atau Dwarawati. Raden Patah merupakan putra Prabu Brawijaya raja terakhir.

Dikisahkan lamaran Putri Cempo ditolak oleh Raden Patah, karena merasa malu Putri Cempo mengurungkan niatnya untuk pulang ke Negeri Campa dan menetap di wilayah yang diberi nama Dukuh Cempan. Pendapat ini terpatahkan dengan terdapatnya beberapa literatur sejarah Bangsa Indonesia. Di sebutkan bahwa keberadaan Putri Cempo di tanah Jawa adalah sebagai hadiah untuk Raja Majapahit oleh bangsa Tionghoa yang bertujuan agar masyarakat Tionghoa di Jawa dapat perlindungan dari Kerajaan Majapahit. Menurut ahli sejarah lain, adanya campur tangan ulama Islam dalam pernikahan Raja Brawijaya V dan Putri Cempo, dimana Raja Brawijaya V sudah memeluk agama Islam.

Pada Babad Dipanegara, Putri Cempo merupakan permaisuri cantik kesayangan Raja Brawijaya V yang membuat cemburu permaisuri lain. Putri Cempo dititipkan oleh Raja Brawijaya V ke Aryo Damar seorang Bupati Palembang pada saat mengandung usia 7 bulan. Di Palembang itulah Raden Patah dilahirkan.[11]


Rembang

Putri Campa menyebarkan agama Islam di desa Bonang, hingga pada akhirnya beliau wafat dan dimakamkan di dekat Pasujudan Kanjeng Sunan Bonang di desa Bonang Lasem. Seorang yang dipandang istimewa oleh para peziarah. Cungkup yang ada di dalamnya terdapat makam yang diyakini oleh warga setempat sebagai makam Putri Cempo (Champa). Dan cungkup pada makam tersebut memiliki segi arsitektur yang cukup indah.[12] Putri Cempo yang diyakini memiliki nama Putri Indrawati yang juga seorang perempuan yang berasal dari Negeri Campa (Kamboja) yang menjadi murid Sunan Ampel di Surabaya. Oleh Sunan Ampel diperintahkan untuk berguru kepada Sunan Bonang, karena mengingat usia Sunan Ampel semakin bertambah tua.

Putri Cempo suatu hari mengungkapkan perasaannya pada Sunan Bonang, tetapi tidak ditolak maupun tidak pula diterima akan tetapi diperintahkan untuk menunggu sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Putri Cempo menunggu Sunan Bonang di sebuah bangunan kecil yang berada di kompleks tersebut. Saat menunggu jawaban itulah Putri Cempo mengalami sakit dan meninggal maka Beliau dimakamkan di tempat Beliau menunggu Sunan Bonang.[13]



Referensi


  1. 1.  kompasiana (27 April 2013). "Kisah Putri Campa Dan Giri Ketadon". Kembali ke teks
  2. 2.  Amalena, Syfana. "Marginalisai Ulama Perempuan: (Perlakuan Masyarakat Terhadap Makam Ulama Perempuan Di Kabupaten Gresik: Studi Kasus Makam Fatimah Binti Maimun dan Nyai Jika)"Kembali ke teks
  3. 3.  Riyanto, Sugeng, dkk (November 2020). LASEM DALAM RONA SEJARAH NUSANTARA (PDF). Yogyakarta: Balai Arkeologi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. hlm. 23 Kembali ke teks
  4. 4.   Putri Cempa dari Vietnam, Pembawa Islam di Kerajaan Majapahit". Phinemo.com. 2020-08-25. Diakses tanggal 2022-11-30. Kembali ke teks
  5. 5.   Baharuddin, Ahmad (28 Oktober 2020). "Putri Cempo Jangan Sampai Hanya Meninggalkan Nama". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-03. Diakses tanggal 2021-09-03Kembali ke teks
  6. 6.   disparpora (3 Januari). "Makam Putri Cempo". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-03. Diakses tanggal 2021-09-03.Kembali ke teks
  7. 7.   "Mengunjungi Makam Putri Cempo Istri Prabu Brawijaya V". detikcom. 27 Juli 2012.Kembali ke teks
  8. 8.   Putri, Risa Herdahita (19 Agustus 2020). "Hikayat Putri Cempa dan Islam DI Majapahit".Kembali ke teks
  9. 9.   Kisah Putri Campa dan Penyebar Islam di Kerajaan Majapahit". SINDOnews.com. Diakses tanggal 2022-11-30.Kembali ke teks
  10. 10.   Afidah, Nur (2021). "Perkembangan Islam pada masa Kerajaan Demak". Jurnal Studi Islam dan Kemuhammadiyahan (JASIKA). 1 (1): 66. doi:https://oi.org/10.18196/jasika.v1i1.6 Periksa nilai |doi= (bantuan).Kembali ke teks
  11. 11.   Anton, Ahmad (5 Oktober 2020). "Menelusuri Jejak Misteri Makam Putri Cempo". Sindonews.com.Kembali ke teks
  12. 12.   kholilurrohman, M (2016). PENGELOLAAN OBJEK DAYA TARIK WISATA RELIGI DI KABUPATEN REMBANG (STUDI KASUS PASUJUDAN SUNAN BONANG) (PDF). Semarang: UIN Walisongo Semarang. hlm. 60. line feed character di |title= pada posisi 43 (bantuan)Kembali ke teks
  13. 13.   Suprapto, Hadi (9 April 2020). "Putri Cempo Dan Sunan Bonang".Kembali ke teks

KIsah Cinta Brawijaya V dengan Siu Ban Ci

October 19, 2024

Prabu Brawijaya yang diduga merupakan raja terakhir Kerajaan Majapahit, jatuh cinta pada pandangan pertama, saat menatap gadis cantik bernama Siu Ban Ci. Gadis muslim berdarah China tersebut, datang ke Istana Majapahit untuk menemani ayahnya, Syekh Betong atau Tan Go Hwat.

Syekh Betong yang juga dikenal dengan nama Kyai Betong, datang menghadap Prabu Brawijaya di Istana Majapahit, untuk meminta izin berdagang di wilayah Keling. Syekh Bentong merupakan saudagar kaya, yang juga ulama besar.

Saat menghadap ke Prabu Brawijaya, Syekh Bentong juga membawa berbagai seserahan, yakni batu giok dari China, kain sutra, keramik Tiongkok, dupa, dan mutiara. Tetapi, bukan seserahan itu yang membuat Prabu Brawijaya tertarik, melainkan dia terpikat oleh kecantikan Siu Ban Ci.

Diam-diam, permaisuri Kerajaan Majapahit, Dewi Amarawati atau Putri Champa menaruh rasa cemburu saat menyaksikan Prabu Brawijaya mulai terpikat dengan Siu Ban Ci. Di tengah gemuruh rasa cemburu sang permaisuri, Prabu Brawijaya justru mempersilahkan Syekh Bentong bersama putrinya beristirahat di Puri Kanuruhan.

Setelah beristirahat semalam di Puri Kanuruhan, Syekh Batong dipanggil untuk menghadap kembali kepada Prabu Brawijaya. Saat itulah, penguasa Majapahit itu menyampaikan niatnya untuk meminta putri Syekh Betong, Siu Ban Ci menjadi garwa ampeyan atau istri selirnya.

Permintaan langsung dari Prabu Brawijaya itu, ternyata mendapatkan persetujuan dari Syekh Bentong. Bahkan, Siu Ban Ci akhirnya juga dibawa serta untuk menghadap Prabu Brawijaya. Kedatangan Siu Ban Ci ke Istana Majapahit, dibawa menggunakan tandu terbaik dari Puri Kanuruhan.

Prabu Brawijaya sangat mencitai Siu Ban Ci, kondisi ini semakin membuat Dewi Amarawati dibakar cemburu dan amarah. Dalam Babad Tanah Jawi diceritakan, saat Dewi Amarawati belum juga memiliki keturunan, ternyata Siu Ban Ci justru sudah hamil dari buah cintanya dengan Prabu Brawijaya.

Kehamilan Si Ban Ci semakin memperburuk hubungannya dengan Amarawati. Bahkan, secara terang-terangan Amarawati meminta Prabu Brawijaya untuk menceraikan Siu Ban Ci. Cinta yang sudah tumbuh di hati Prabu Brawijaya, tak dapat dipadamkan.

Prabu Brawijaya tak mampu menolak permintaan Permaisuri Amarawati. Siu Ban Ci akhirnya di kirim ke Palembang, dalam kondisi hamil tiga bulan. Siu Ban Ci dititipkan kepada Adipati Palembang, Arya Damar.
Palembang kala itu masih masuk wilayah kekuasaan Majapahit. Di wilayah tersebut, juga sangat banyak penduduk asal China. Dengan menitipkan ke Arya Damar, Prabu Brawijaya berharap, Siu Ban Ci lebih betah hidup di Palembang.

Arya Damar merupakan putra Raja Majapahit, Bathara Prabu Wikramawardhana dengan seorang selir yang juga berdarah China. Arya Damar yang terhitung masih paman dari Prabu Brawijaya, memiliki nama asli Swan Liong.

Prabu Brawijaya akhirnya melepas kepergian wanita yang sangat dicintainya ke Palembang, dan merelakan Arya Damar menikahi Siu Ban Ci. Prabu Brawijaya memberi syarat kepada Arya Damar, agar Siu Ban Ci tidak diapa-apakan sebelum anak buah cintanya lahir.

Bahkan, Prabu Brawijaya juga meminta agar bayi yang ada dalam kandungan Siu Ban Ci diberi nama Naraprakosa ketika kelak lahir di dunia. Nama Naraprakosa dipilih Prabu Brawijaya, karena memiliki arti laki-laki perkasa.

Setelah lahir, buah cinta Prabi Brawijaya dengan Siu Ban Ci tersebut, justru diberi nama Raden Hasan, dan memiliki nama China, Jin Bun. Saat beranjak dewasa, Raden Hasan melakukan perjalanan ke tanah Jawa, untuk menemui ayah kandungnya.

Saat Prabu Brawijaya atau Bhre Kertabhumi bertemu darah dagingnya, perasaannya begitu senang. Bahkan, penguasa Majapahit tersebut mengangkat Raden Hasan menjadi Adipati Demak.

Prabu Brawijaya juga mengangkat adik tiri Raden Hasan, yang merupakan buah perkawinan Arya Damar dengan Siu Ban Ci, Raden Husain atau Raden Kusen sebagai Adipati Terung, yang dikemudian hari dikenal dengan nama Arya Pecattanda.


Pranoto Mongso

September 23, 2024



Pranoto Mongso, atau dikenal dengan; aturan waktu musim / ilmu pemahaman cuaca. Biasanya digunakan oleh para petani (bercocok tanam) dan nelayan (mencari ikan). Pranoto Mongso adalah pembagian musim dalam satu tahun yang disusun berdasarkan sifat-sifat dan siklus perubahan iklim di suatu wilayah dengan menggunakan metode ‘Ilmu Titen’.

Yang dimaksud dengan Ilmu Titen adalah ilmu yang diperoleh dari pengamatan fenomena alam dalam kurun waktu lama, sehingga hasilnya cukup akurat.

mulai berkembang dan sebagian mulai berbuah, jangkrik mulai muncul, kucing mulai kawin, cenggeret mulai bersuara. Penampakannya ibarat; Wedaring wacara mulya (binatang tanah dan pohon mulai bersuara).

KASEPULUH mulai 26 Maret, berusia 24 hari. Padi mulai menguning, mulai saatnya panen, banyak hewan hamil, burung-burung kecil mulai menetas telurnya. Penampakannya ibarat; Gedong minep jroning kalbu (masa hewan sedang hamil).

DESTA mulai 19 April, berusia 23 hari. Seluruhnya memanen padi. Penampakannya ibarat; Sotya (anak burung) sinara wedi (disuapi makanan).

SAYA mulai 12 Mei, berusia 41 hari. Petani mulai menjemur padi dan memasukkannya ke lumbung, di sawah hanya tersisa dami (jerami). Penampakannya ibarat; Tirta (keringat) sah saking sasana (badan) (air pergi dari sumbernya, masa ini musim dingin, jarang orang berkeringat, sebab sangat dingin).

Dari 12 urutan diatas, tentu bila dikaitkan dengan kondisi saat ini, tentu harus dicocokkan kembali secara ilmiah, baik kondisi alam, kemajuan teknologi dan sebagainya.

Ilmu Pranoto Mongso amat penting karena petani bisa menghindari musim penetasan hama dan lainnya. Begitu banyak manfaat yang bisa dipetik oleh masyarakat petani dengan memanfaatkan serta melestarikan budaya ilmu bercocok tanam dengan melakukan apa yang telah dilakukan leluhur tersebut secara turun temurun.

Kemajuan teknologi memang terjadi di berbagai bidang, termasuk di dunia pertanian. Sektor pertanian sangat menggiurkan bagi pebisnis. Sehingga kini banyak orang yang mengembangkan pertanian dengan pestisida atau bahan kimia lainnya untuk menggenjot produksi.

Apapun dilakukan tanpa mengindahkan kerusakan alam. Sungguh memprihatinkan dan kondisi ini terus berlangsung. Hutan-hutan semakin berkurang, mata air turut berkurang bahkan banyak yang kering, kualitas air juga makin buruk, alam pun semakin tidak bersahabat padahal itu karena ulah manusia itu sendiri yang telah menuai hukum alam semesta dan sebab akibat.

Karena itu, ilmu warisan leluhur itu menjadi terlupakan. Padahal sudah teruji ribuan tahun dan sangat dirasa manfaatnya, yang tidak bisa diabaikan dan dilupakan begitu saja.

Pranoto Mongso juga mulai ditinggalkan beberapa tahun belakangan ini, karena keadaan cuaca dan iklim yang sangat tak menentu dan sulit sekali diprediksi.

Sungguh amat disayangkan pada apa yang telah terjadi, dampak perubahan iklim memang sedang terjadi di seluruh bagian dunia ini akibat suhu bumi meningkat, yang menjadi ancaman utama terhadap keberlangsungan kehidupan dan ekosistem di dunia ini, bukan lagi hanya di Indonesia.

Semua ini terjadi tak lepas akibat ulah para manusia itu sendiri yang tidak bertanggung jawab akan lingkungannya, penebangan hutan besar-besaran yang merupakan paru-paru dunia, yang kemudian berdampak global terhadap perubahan iklim.

Dan mari mengubah paradigma bahwa lingkungan dan alam semesta ini adalah sebagai objek dari manusia. Karena jelas pada hakikatnya; manusia, lingkungan dan alam semesta ini merupakan satu kesatuan (yang tak bisa terpisahkan atau berdiri sendiri masing – masing).

Masita Riany (Budayawan, Pegiat Lingkungan & Meditator).

Negarakretagama (Kakawin Desyawarnana)

November 24, 2022


 


Naskah ini selesai ditulis pada bulan Aswina tahun Saka 1287 (September – Oktober 1365 Masehi), penulisnya menggunakan nama samaran Prapanca, berdasarkan hasil analisis kesejarahan yang telah dilakukan diketahui bahwa penulis naskah ini adalah Dang Acarya Nadendra, bekas pembesar urusan agama Buddha di istana Majapahit. Dia adalah putra dari seorang pejabat istana di Majapahit dengan pangkat jabatan Dharmadyaksa Kasogatan (pejabat negara urusan agama Buddha). Penulis naskah ini menyelesaikan naskah kakawin Negarakretagama di usia senja dalam pertapaan di lereng gunung di sebuah desa bernama Kamalasana. Hingga sekarang umumnya diketahui bahwa pujangga "Mpu Prapanca" adalah penulis Nagarakretagama.

Kitab Pararaton (Terjemahan)

November 23, 2022

 


Kitab Para Raja (Kisah Ken Angrok)


I

------------------------ 

Demikian inilah kisah Ken Angrok. Asal mulanja, ia didjadikan manusia: Adalah seorang anak janda di Jiput, bertingkah laku tak baik, memutus - mutus tali kekang kesusilaan, menjadi gangguan Hyang yang bersifat gaib; pergilah ia dari Jiput, mengungsi ke daerah Bulalak. Nama yang dipertuan di Bulalak itu: Mpu Tapawangkeng, ia sedang membuat pintu gerbang asramanya, dimintai seekor kambing merah jantan oleh roh pintu. Kata Tapawangkèng: "Tak akan berhasil berpusing kepala, akhirnya ini akan menjebabkan diriku jatuh kedalam dosa, kalau sampai terjadi aku membunuh manusia, tak akan ada yang dapat menyelesaikan permintaan korban kambing merah itu." Kemudian orang yang memutus mutus tali kekang kesusilaan tadi berkata, sanggup mejadi korban pintu Mpu Tapawangkeng, sungguh ia bersedia dijadikan korban, agar ini dapat menjadi lantaran untuk dapat kembali ke surga dewa Wisnu dan menjelma lagi didalam kelahiran mulia, ke alam tengah lagi, demikianlah permintaannya.

Asta Dasa Berata Pramiteng Prabu Ajaran Kepemimpinan Gajah Mada I

November 22, 2022



Arti kata Asta Dasa Berata Pramiteng Prabu : Asta Dasa artinya 18 (delapan belas). Berata artinya pengendalian diri yang merupakan kewajiban pokok seorang pemimpin. Pramiteng Prabu artinya Raja (Kepala Negara). Asta Dasa Berata Pramiteng Prabu artinya 18 (delapan belas) kewajiban pokok pengendalian diri seorang pemimpin.

Babad Alas Nangka Dhoyong

November 22, 2022

 


Babad Crita Lesan : Dumadine Kutha ‘Wonosari’

Wiwitaning carita ing wewengkon Sumingkar (saikine wilayah Sambi Pitu, Gunungkidul). Sumingkar iki miturut gotheking crita iki minangka Kutha Praja   Kabupaten Gunungkidul wektu iku; rikala Sultan Hamengkubuwana I madeg ratu ing Kraton Ngayogyakarta. Sumingkar cedhak karo tembung ‘sumingkir’. Mirid saka kahanan lan sejarahe masyarakat sakiwatengen Sambi Pitu, wong-wong ing wewengkon iki minangka playon saka Majapahit, wong-wong kang ‘sumingkir’ ing alas Gunungkidul biyene. 

Ajaran Asmaragama dalam Serat Nitimani

November 22, 2022


 

Naskah ini memuat tentang erotik Jawa, bentuk muka wanita, mistik Islam yakni diskusi hidayat jati dan Muhammad Sirolah, juga pengetahuan Islam dan pertapaan lebih banyak mengenai ajaran tasawuf yang ditunjukkan pada ringkasan dialog Sang Murweng-gita dengan Juru Patanya.

Suluk Gita Prabawa

November 21, 2022


Suluk Gita Prabawa menceritakan seorang anak raja yang bernama Gita Prabawa dengan ditemani seorang abdi yang setia yang bernama Darma Gandhul yang tak kalah jeleknya. Setelah bertapa pangeran itu menjadi orang yang sangat pandai berdebat, pandai menulis dan pandai berhitung , tanpa guru.

Bagawad Gita

November 20, 2022


 

1. VISHADA YOGA
Wejangan ingkang kaping Sapisan : Penunggaling Kawula Gusti lumantar Sungkawa

Sampun ka aturaken, bilih Surat Bagawad Gita punika nggelaraken Ilmu kasunyatan utawi ilmu Hakikat, minangka sangu ingkang boten kenging katilar tumrap manungsa ingkang nedya ngrampungaken evolusinipun, wangsul dhateng kasidan jati, sarana Panunggaling Kawula Gusti.

Kosa kata Bahasa Sansekerta

October 10, 2021

 



A

Abhinaya : semangat

Abhipraya : mempunyai harapan

Abhirama  : menyenangkan

Abhista : dinginkan

 
Copyright © Babad purna. Designed by OddThemes